Let's Talk! Fenomena Money Milking pada Naruto
Kali ini saya akan membahas tentang milking. Bagi orang-orang, milking bermakna memerah susu. Istilah yang saya bahas kurang lebih memiliki makna yang sama, tetapi dalam konteks berbeda. Money Milking adalah istilah yang bermakna mengeruk keuntungan dari suatu produk (dalam hal ini bisa film atau franchise) yang sudah berakhir atau seharusnya sudah berakhir.
Fenomena ini akhir-akhir ini sering terjadi pada dunia entertainment Jepang, walaupun sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Contohnya ada banyak, seperti fenomena money milking pada anime, manga, dan tokusatsu. Saya akan membahas tentang money milking pada Naruto.
Anime & Manga
Untuk anime, saya memiliki satu judul anime yang sampai detik artikel ini saya tulis masih terus dimilking. Judul anime tersebut yaitu Naruto. Naruto merupakan manga yang dibuat oleh Masashi Kishimoto mulai dari tahun 1999 dan berakhir pada 2014 silam. Manga ini termasuk manga yang populer dan memiliki penjualan yang stabil bahkan dulu disebut-sebut sebagai Big Three (istilah 3 besar manga yang populer dan memiliki penjualan terbanyak pada manga majalah Shonen Jump).
Naruto berkisah tentang perjalanan bocah ninja yang memiliki rubah berekor 9 (Kyuubi) yang tersegel dalam tubuhnya dalam mencapai cita-citanya menjadi Hokage (Ninja terkuat di desanya). Tidak cuma itu, manga ini juga bercerita tentang intrik-intrik dalam desa ninja di Konohagakure.
Manga Naruto telah diadaptasi menjadi animasi yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu Naruto yang menceritakan masa kecil Naruto (diadaptasi dari volume 1 sampai 27, serta disisipi dengan cerita original yang dibuat oleh studio) dan Naruto Shippuuden yang bercerita tentang Naruto yang beranjak remaja setelah mengalami timeskip selama 2 tahun setelah kisah di Naruto (mengadaptasi dari volume 28-72, serta disisipi dengan cerita original dari studio). Tidak hanya animasi, Naruto juga telah diadaptasi menjadi 9 film layar lebar, 1 animasi tambahan (Naruto SD), game, live stage, komik Gaiden (Side Story), serta novel.
Fenomena money milking yang saya bahas pada anime Naruto bukan pada bagaimana pihak Bandai yang membuat lini figur S.H Figuarts atau Figuarts Zero untuk franchise Naruto. Atau bagaimana sampai sekarang banyak merchandise Naruto yang dijual di dunia, mulai dari gantungan kunci maupun official guidebook. Bukan itu yang akan saya bahas, melainkan fenomena milking pada sisi animasi maupun komik/novel Naruto.
"Naruto pasti tamat tahun ini", begitulah kata-kata saya saat saya bertaruh dengan teman saya pada pertengahan tahun 2014 silam. Teman saya sendiri bertaruh Naruto tamat pada tahun 2015. Lalu tak lama saya mendapat kabar dari artikel di Asahi News bahwa Naruto akan segera tamat pada tahun itu juga. Tentu saja saya senang, karena saya menang taruhan dari teman saya akhirnya manga ini tamat setelah 10 tahun lamanya saya mengikuti manga itu. Tapi kata-kata teman sayalah yang saya ingat sampai sekarang. "Naruto tidak akan tamat secepat itu, pasti tamatnya akan lama. Jump tidak mungkin menamatkan salah satu kantong uangnya", begitulah kata-kata teman saya yang kalau saya pikir sekarang ada benarnya juga.
Cover Side Story dari Naruto
|
Meskipun manganya sudah tamat, sampai sekarang animasi Naruto belum berakhir. Bahkan pada tahun lalu, munculnya Gaiden (Side Story) mengenai Naruto dan anak-anak Naruto yang dibuat oleh Masashi Kishimoto sendiri membuat saya kaget. Saya sendiri bertanya-tanya apakah Kishimoto-sensei mulai berubah pikiran untuk melanjutkan seri Naruto. Ternyata tidak. Pada salah satu interviewnya, dia mengatakan untuk tidak akan menggambar Naruto lagi. Hal ini diumumkan pada saat promosi movie Naruto baru yaitu Boruto yang melanjutkan langsung cerita epilog dari volume terakhir Naruto dan Side Story nya. Reaksi saya saat itu, agak kecewa karena tidak dapat menikmati kelanjutan Naruto tetapi ada perasaan lega karena tak perlu lagi menunggu 10 tahun lamanya seperti dulu.
Sekali lagi, saya salah berasumsi seperti itu. Menjelang akhir tahun, Jump mengumumkan bahwa mereka berniat untuk membuat cerita yang membahas tentang Boruto dan teman-temannya. Pada detik itu juga, saya terdiam. Seputus asa itukah Jump sampai berusaha melanjutkan franchise ini? Padahal di seri Jump masih ada One Piece yang merajai puncak manga saat ini, lalu beberapa manga lain seperti World Trigger, My Hero Academia, Assassination Classroom, Shokugeki no Soma (Food Wars), Gintama, Toriko, lalu mantan Big Three yang sekarang ceritanya menjadi gajes yaitu Bleach. Dari semua judul tersebut yang belum tamat, mengapa Jump masih berusaha mengeksploitasi Naruto?
Sebelum kabar mengenai serial Boruto, usaha eksploitasi Jump agak terlihat dari munculnya novelisasi side story dari karakter sampingan di Naruto. Mulai dari novelisasi Sakura, Tim Ninja Desa Konoha, Kakashi, Jiraiya, Gaara, Akatsuki, sampai Uchiha bersaudara. Untuk cerita Tim Ninja Desa Konoha, Kakashi, Gaara, Sakura dan Sasuke Uchiha bersetting setelah kisah Naruto berakhir. Sementara untuk Jiraiya, Akatsuki serta Itachi Uchiha mengambil setting sebelum kisah Naruto berakhir. Jujur saja saya cukup menikmati side story ini. Kesimpulannya, money milking ini masih masuk akal mengingat plot yang diambil merupakan cerita sampingan yang tidak dibahas secara penuh pada komik.
Lalu pada Desember, saya mendapatkan kabar baru lagi bahwa pihak studio anime yang memproduksi Naruto akan mengadaptasi Side Story dari Itachi untuk menggantikan filler yang saat ini sedang ditayangkan. Saat itu juga saya hampir berteriak.
"Kenapa tidak sekalian saja adaptasi semua side story!?"
Begitulah teriakan hati saya yang telah membeli side story Itachi & Sasuke. Sebagai fans, saya sih sebenarnya cukup senang karena saya bisa melihat adaptasi novel Itachi. Tetapi sebagai korban money milking, saya cukup tidak senang. Mengapa demikian? Karena tidak lama saya membeli novel, tiba-tiba novel yang saya beli diadaptasi menjadi seri TV.
Terkadang cerita filler Naruto tidak begitu penting dan tidak begitu saya sukai. Saya pernah berdiskusi dalam forum. Respon mereka terhadap filler cukup negatif. Hal ini cukup dimaklumi karena rata-rata filler yang disajikan terkadang tidak masuk akal dan memiliki korelasi dengan cerita asli. Jadi daripada membuat filler yang membuat fans bosan, mengapa tidak dari awal saja merencanakan filler yang berisi side story yang dapat membuat fans untuk tetap menunggu dan setia pada franchise Naruto.
Filler Itachi dibuat untuk menggantikan filler yang sedang tayang saat ini. Perlu diingat, saat ini cerita Naruto versi TV sudah mencapai bagian terakhir dari cerita sesuai dengan manga. TETAPI, seperti kata teman saya, mana mungkin kantung uang ditamatkan secepat itu. Jadi meskipun TVnya sudah mencapai bagian akhir, tetap saja kalau pihak studio tidak berniat menamatkan maka pasti ada jalan untuk membuat Naruto tetap bisa tayang di TV. Filler lah jawabannya. Filler yang biasanya dipakai agar alur serial TV tidak mengejar manga telah berganti agar serial TV tidak tamat seperti manga padahal manganya sudah tamat 2 tahun lalu. Bayangkan, selama 2 tahun saja animasi nya tidak tamat karena filler. Artinya bisa dong kalau pihak studio mau menamatkannya selama 3 tahun.
Dalam suatu artikel, saya memahami kalau filler dibuat tidak cuma agar serial TV mengejar manga. Melainkan karena sejak awal produksi pihak studio sudah membuat kontrak sampai kapan film akan dibuat dan pada bagian cerita manakah yang akan disisipi oleh filler. Tentu saja setelah dipikir-pikir, apabila dari awal sudah direncanakan seperti itu tentu saja akan sangat sulit untuk tiba-tiba mengubah rencana. Tapi untuk franchise Naruto, saya pikir pasti akan ada pembaruan kontrak maupun pembaruan rencana mengingat episodenya sudah mencapai ratusan. Jadi seharusnya pada saat pembaruan kontrak, kenapa tidak direncanakan saja untuk membuat side story yang membahas tentang karakter sampingan?
Saya pernah mendengar suatu kata-kata dari seorang produser. Yaitu suatu franchise harus diakhiri pada saat franchise itu mencapai puncak popularitas. Lah!? Kok pada saat popularitas diakhiri? Ternyata alasannya yaitu saat franchise telah lama berakhir, suatu saat nanti fans pasti akan berharap agar franchise itu dibangkitkan lagi. Hal ini terbukti dari beberapa franchise manga yang telah lama berakhir. Contohnya dari manga Eyeshield 21, Samurai X, Slam Dunk & Dragon Ball (yang terakhir ini harus dilanjutkan langsung oleh pengarangnya, bukan oleh orang lain mengingat adaptasi seri TV barunya gagal total).
Di sisi positifnya, usaha Jump dan pihak studio animasi cukup saya hargai mengingat secara bisnis tentu saja selama ada peluang/celah yang bisa dipakai untuk mengeruk mendapatkan keuntungan, mengapa tidak digunakan? Serta usaha ini bisa kita anggap sebagai usaha agar franchise Naruto tidak mati begitu saja dan dilupakan oleh fans lama. Negatifnya, franchise baru artinya sumber uang baru. Naruto saja bisa sampai memiliki banyak side story, bagaimana dengan Boruto nanti? Jujur saja, sebagai fans saya sendiri sudah agak mulai bosan apabila harus menikmati Naruto tanpa mendapatkan anime/manga baru yang dapat menggantikan Naruto. Tetapi di sisi lain, sebagai fans (dan korban money milking) saya sendiri cukup maso penasaran menunggu cerita baru apa yang dapat disajikan dari franchise baru Naruto.
Mari kita berpikir dan berdiskusi:
"Apakah wajar apabila Naruto ditamatkan tanpa perlu embel-embel side story atau epilog story atau franchise baru yang didasarkan dari Naruto (Boruto)?"
Lalu, bagaimana pendapatmu mengenai fenomena money milking yang terjadi pada franchise lain?
"Own a limited edition anime Blu-ray collection at a promotional price—order now before stocks run out!" For complete information, visit our website here https://webnime.wixsite.com/anime
BalasHapus